Seiring bertambahnya usia, ada banyak hal yang perlahan berubah dalam hidup kita. Jika dulu nongkrong bersama teman terasa penting, kini rasanya tidak lagi menjadi prioritas.
Jika dulu bermain dan bersenang-senang adalah rutinitas, sekarang hati lebih tenang ketika hari-hari dijalani dengan damai, meski hanya ditemani kesibukan bekerja.
Usia dewasa memang membawa kita pada kenyataan, hidup bukan lagi tentang ramai-ramai, melainkan tentang arah dan tujuan. Mulai bekerja dari pagi hingga sore, bahkan sering melanjutkan lembur hingga malam.
Bukan karena terpaksa, tapi karena ada target yang harus dicapai, ada cita-cita yang ingin diwujudkan. Dan pada akhirnya, hanya itu yang benar-benar kita pedulikan.
Orang boleh berkata apa saja. Ada yang menganggap kita terlalu serius, ada pula yang menyayangkan karena lebih memilih bekerja dari pada bersenang-senang.
Tapi hidup ini bukan tentang memenuhi ekspektasi orang lain. Hidup adalah tentang berjalan di jalan yang menurut hati paling benar, selama tidak melanggar nilai kebaikan.
Namun, harus diakui, ada kalanya kesepian itu datang. Saat semua orang asyik dengan dunianya masing-masing, kita hanya duduk sendirian dengan pikiran dan tujuan yang terus kita genggam.
Rasanya hampa, tapi juga menenangkan. Mungkin inilah bentuk ujian kedewasaan, belajar menerima bahwa tidak semua hal harus ramai, tidak semua langkah harus ditemani.
Saya meyakini, setiap manusia punya fase ini. Fase ketika lebih memilih damai daripada ramai, fase ketika tujuan lebih penting daripada sekadar kesenangan sesaat. Dan meskipun kadang hati merasakan sepi, justru di situlah kita diajarkan arti bergantung hanya pada-Nya, dan menemukan makna dalam kesendirian.
Hidup dewasa itu ternyata sederhana, bukan tentang seberapa banyak teman, tapi seberapa damai hati kita melangkah menuju tujuan.